ARKO-PUJANGGA
Energy Saving Mode Using CSS3

Move your mouse to go back to the page!
Gerakkan mouse Anda DAN siLahkan BACA kembaLi posting ARKO!

Copyright 2010 arko-sang-pujangga.blogspot.com - All rights reserved

~coRETAN TANGAN~

 ^_*
Berikut adalah sedikit kisah yang bermakna semoga bisa bermanfaat untuk sang pembaca sekalian amin.....selamat membaca dan selamat mengambil apa yang anda dapat di tulisan ini.....
^_*


PENGGEMBALA DOMBA
Abdullah bin Dinar bercerita bahwa satu kali ia dan kholifah Umar tengah berjalan-jalan. Mereka menjumpai seorang anak kecil yang sedang menggembala domba. Umar berkata padanya “Juallah seekor kambing kepadaku”. Anak lelaki itu menjawab “Domba-domba ini bukan milikku, tetapi milik tuanku”.
Abdullah bin Dinar bercerita bahwa satu kali ia dan kholifah Umar tengah berjalan-jalan. Mereka menjumpai seorang anak kecil yang sedang menggembala domba. Umar berkata padanya “Juallah seekor kambing kepadaku”. Anak lelaki itu menjawab “Domba-domba ini bukan milikku, tetapi milik tuanku”. Untuk mengujinya Umar berkata lagi “Engkau kan bisa katakan kepadanya bahwa seekor srigala telah menerkam seekor domba. Tuanmu tak akan tahu”.
“Dia memang tak akan tahu, tetapi Alloh SWT mengetahuinya”, kata anak itu lagi. mendengar jawaban tersebut Umar menangis. Dia mengikuti anak itu untuk membebaskannya dari tuannya. “Ucapanmu itu telah membuatmu bebas di dunia dan bebas pula di akhirat”.


SEBUAH ALASAN
“KENAPA ILMU HARUS DIAMALKAN?”


Ada seorang cendekiawan muslim dan ahli tasawuf berkisah tentang bagaimana cara mengamalkan ilmu agar tidak menjadi sia-sia. Kisah ini berasal dari seorang sufi di Persia.

Alkisah seorang Arab Badawi bermaksud menjual sekarung gandum ke pasar. Berulang kali ia mencoba meletakkan karung itu diatas punggung unta dan berulang kali ia gagal. Ketika hampir putus asa terkilas pada pikirannya pemecahan sederhana. Ia mengambil satu karung lagi dan mengisinya dengan pasir. Ia merasa lega ketika karung itu bergantung dengan seimbang, segera ia berangkat ke pasar.

Di tengah jalan, ia bertemu dengan orang asing yang berpakaian compang-camping. Ia diajak oleh orang asing untuk berhenti sejenak dan bebincang-bincang. Orang Badawi itu menyadari bahwa yang mengajaknya berbincang itu orang yang banyak pengetahuan. Tiba-tiba orang asing itu menyaksikan dua buah karung bergantung pada punggung unta.

“Apa yang bapak angkut itu kelihatannya sangat berat”, orang asing itu. “Salah satu karung berisi gandum yang akan saya jual ke pasar. Satu lagi karung yang berisi pasir untuk menyeimbangkan keduanya pada punggung unta”, jawab orang Badawi. Sambil tertawa, orang asing itu memberi nasehat “Mengapa tidak ambil setengah dari karung yang satu dan memindahkan kekarung yang lain. Dengan begitu unta menanggung beban yang ringan dan ia dapat berjalan cepat”.

Orang Badawi takjub, ia tidak pernah berpikir seperti itu. Tetapi sejenak kemudian, ketakjubannya berubah menjadi kebingungan. Ia berkata “Anda memang pintar, tetapi dengan segala kepintaran ini mengapa bergelandangan seperti ini, tidak punya pekerjaan dan bahkan tidak punya sepatu”.

Orang asing itu menarik nafas panjang-panjang, “Jangankan sepatu, hari ini pun saya tidak punya uang. Untuk makan malam saja, setiap hari saya berjalan dengan kaki telanjang untuk mengemis sekerat atau dua kerat roti”.

“Lalu apa yang anda peroleh dengan seluruh kepandaian dan kecerdikan anda itu?”, tanya si Badawi.

“Dari semua pelajaran dan pemikiran, aku hanya memperoleh sakit kepala dan khayalan hampa. Percayalah, semuanya itu hanya bencana bagiku, bukan keberuntungan”, tutur si filsuf.

Orang Badawi itu berdiri melepaskan tali unta dan bersiap-siap untuk pergi. Kepada filsuf yang kelaparan dipinggir jalan, ia memberi nasehat “Hai, orang yang tersesat menjauhlah dariku, karena aku kuatir kemalanganmu akan menular kepadaku. Bawalah semua kepandaianmu itu sejauh-jauhnya dariku. Sekiranya dengan ilmumu itu kamu ambil suatu jalan, aku akan mengambil jalan yang lain. Sekarung gandum dan sekarung pasir boleh jadi berat, tetapi itu lebih baik dari pada kecerdikan yang sia-sia. Anda boleh jadi pandai, tetapi kepandaian anda hanya kutukan, saya boleh jadi bodoh, tetapi kebodohan saya mendatangkan berkah karena walaupun saya tidak cerdik, tetapi hati saya dipenuhi rahmatNYA dan jiwa saya berbakti kepadaNYA”.

Kiranya ada hikmah dibalik kisah itu, ketika saat ini banyak dari cendekiawan kita tidak bisa mengamalkan ilmunya dijalan Alloh SWT. 
 
 
KETIKA DOSA ANDA SEDALAM SAMUDRA
 
Pernahkah kita menghitung dosa yang kita lakukan dalam satu hari, satu minggu, satu bulan, satu tahun
bahkan sepanjang usia kita?

Andaikan saja kita bersedia menyediakan satu kotak kosong, lalu kita masukkan semua dosa-dosa yang kita lakukan, kira-kira apa yang terjadi? Saya menduga kuat bahwa kotak tersebut sudah tak berbentuk kotak lagi, karena tak mampu menaham muatan dosa kita.

Bukankah shalat kita masih "bolong-bolong"? Bukankah pernah kita tahan hak orang miskin yang ada di harta kita? Bukankah pernah kita kobarkan rasa dengki dan permusuhan kepada sesama muslim? Bukankah kita pernah melepitkan selembar amplop agar urusan kita lancar? Bukankah pernah kita terima uang tak jelas statusnya sehingga pendapatan kita berlipat ganda? Bukankah kita tak mau menolong saudara kita yg dalam kesulitan walaupun kita sanggup menolongnya?

Daftar ini akan menjadi sangat panjang......

Lalu, apa yang harus kita lakukan?

Allah berfirman dalam Surat az-Zumar [39]: 53 "Katakanlah: "Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Indah benar ayat ini, Allah menyapa kita dengan panggilan yang bernada teguran, namun tidak diikuti
dengan kalimat yang berbau murka. Justru Allah mengingatkan kita untuk tidak berputus asa dari
rahmat Allah. Allah pun menjanjikan untuk mengampuni dosa-dosa kita.

Karena itu, kosongkanlah lagi kotak yang telah penuh tadi dengan taubat pada-Nya.Kita kembalikan kotak
itu seperti keadaan semula, kita kembalikan jiwa kita ke pada jiwa yang fitri dan nazih.

Jika anda mempunyai onta yang lengkap dengan segala perabotannya, lalu tiba-tiba onta itu hilang.
Bukankah anda sedih? Bagaimana kalau tiba-tiba onta itu datang kembali berjalan menuju anda lengkap
dengan segala perbekalannya? Bukankah Anda akan bahagia? "Ketahuilah," kata Rasul, "Allah akan lebih
senang lagi melihat hamba-Nya yang berlumuran dosa berjalan kembali menuju-Nya!"

Allah berfirman: "Dan kembalilahh kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum
datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)." (QS 39:54)

Seperti onta yang sesat jalan dan mungkin telah tenggelam di dasar samudera, mengapa kita tak
berjalan kembali menuju Allah dan menangis di "kaki kebesaran-Nya" mengakui kesalahan kita dan memohon ampunNya...

Wahai Tuhan Yang Kasih Sayang-Nya lebih besar dari murka-Nya, Ampuni kami Ya Allah! 

 
 
^_^
Berikut adalah postingan cerita-cerita lucu yang mungkin pernah terjadi di lingkungan sekitar kita,semoga segelintir cerita kecil ini bisa  membuat sedikit senyum dan tawa bagi anda semua pembaca yang budiman, baik langsung saja tanpa basa - basi chek ajah di TKP langsung....ini dia..:
^_^ 

 
SALAH NURUNIN RESLETING

Tumini seorang wanita dewasa pegawai sebuah kantor swasta asing pagi itu mau berangkat kerja dan lagi menunggu bus kota di mulut gang rumahnya. Seperti biasa pakaian yang dikenakan cukup ketat, roknya semi-mini, sehingga bodinya yang seksi semakin kelihatan lekuk likunya.

Bus kota datang, tumini berusaha naik lewat pintu belakang, tapi kakinya kok tidak sampai di tangga bus. Menyadari keketatan roknya, tangan kiri menjulur ke belakang untuk menurunkan sedikit resleting roknya supaya agak longgar.

Tapi, ough, masih juga belum bisa naik. Ia mengulangi untuk menurunkan lagi resleting roknya. Belum bisa naik juga ke tangga bus. Untuk usaha yang ketiga kalinya, belum sampai dia menurunkan lagi resleting roknya, tiba-tiba ada tangan kuat mendorong pantatnya dari belakang sampai Marini terloncat dan masuk ke dalam bus.

Tumini melihat ke belakang ingin tahu siapa yang mendorongnya, ternyata ada pemuda gondrong yang cengar-cengir melihat Tumini.

“Hei, kurang ajar kau. Berani-beraninya nggak sopan pegang-pegang pantat orang!”

Si pemuda menjawab kalem, “Yang nggak sopan itu situ, Mbak. Masak belum kenal aja berani-beraninya nurunin resleting celana aku.”


PEMERAS KECIL
 
Seorang anak kecil yang bandel melihat kakaknya dicium oleh teman lelakinya. Esok harinya, ia menemui lelaki itu.

“Abang semalam mencium kakakku bukan?”
“Ya, tapi jangan keras-keras. Ini seribu untuk tutup mulut!”
“Terima kasih, ini uang kembaliannya lima ratus!”
“Lho, kok pakai uang kembalian segala?”
“Saya tidak mau nakal, Bang. Semua orang yg mencium kakak juga saya tagih lima ratus!”
“???!!!”

DASAR BUDEG

Ginting, seorang profesional asal Medan yang agak tuli baru pertama kali
Datang ke Jogja. Pada suatu Hari IA ingin sekali minum minuman khas daerah
Jogja, yaitu dawet (cendol).


Ginting : Mbak, beli dawetnya.
Mbak : Sampun telas mas.


Ginting : Iya, memang harus pake gelas...
Mbak : Mboten wonten mas.


Ginting : Btul, memang saya suka pake santen...
Mbak : (Dengan nada kesal) Dasar sinting !!!


Ginting : Lho, koq tau nama saya Ginting...?
Mbak : (Tambah kesal) Dasar Wong edan.


Ginting : Wah mbak btul lagi... Saya memang dari Medan!
Mbak : (Sambil menggerutu) Dasar Wong ora duwe otak..!!


Ginting : Bnar, bnar saya orang Batak !
Mbak : Dasar budeg ....!!!!


Ginting : Selain cendol saya memang suka gudeg.
Mbak : Sampeyan kok kurang kerjaan to ?


Ginting : Bnar sekali mbak, teman-teman saya memang semua kurang kerjaan,
Tulisan kayak gini ini juga dibaca sampai habis ! 

...
 
Bisnis di Internet